Pengaruh Jenis Mulsa Dan Takaran Pupuk Npk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tumbuhan Tomat (Licopersicum Esculentum Mill)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tomat merupakan salah satu jenis tumbuhan hortikultura yang termasuk dalam kategori sayuran buah. Tomat di gunakan untuk keperluan rumah tangga dan juga industri ibarat pembuatan saos tomat.
Untuk meningkatkan produksi tomat sanggup dilakukan dengan aneka macam cara, salah satunya dengan perbaikan system budidaya yaitu penggunaan mulsa. Mulsa yang dipakai sanggup berupa mulsa lastik ataupun mulsa organik. Mulsa organik yang biasa di gunakan bisa berupa ampas tebu,sekam, jerami ataupun enceng gondok, tergantung ketersediaan mulsa di tempat itu.
Selain penggunaan mulsa, takaran pupuk yang dipakai juga besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan dan hasil tumbuhan tomat. Pupuk yang dibutuhkan oleh tomat yakni dari unsure nitrogen, phospor dan kalsium.
1.2 Tujuan :
Untuk mengetahui imbas jenis mulsa organik dan takaran dan takaran pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tumbuhan tomat.
1.3.Manfaat :
Agar mahasiswa mengetahui imbas jenis mulsa dan takaran pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tumbuhan tomat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman
Tanaman tomat diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Solanum licopersicum Mill. (Redaksi Agromedia, 2007).
Tanaman tomat mempunyai akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tumbuhan tidak terlalu dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun sanggup mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tumbuhan tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tumbuhan serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Oleh lantaran itu tingkat kesuburan tanah di kepingan atas sangat besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan tumbuhan dan produksi buah, serta benih tomat yang dihasilkan (Redaksi Agromedia, 2007).
Batang tumbuhan tomat bentuknya lingkaran dan membengkak pada buku-buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Praktis patah, sanggup naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu dengan beberapa ikatan. Tanaman tomat dibiarkan melata dan cukup rimbun menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu (Rismunandar, 2001).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip besar terdapat sirip kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat tumbuh di bersahabat ujung dahan atau cabang, mempunyai warna hijau, dan berbulu (Redaksi Agromedia, 2007).
Bunga tumbuhan tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat sanggup melaksanakan penyerbukan sendiri lantaran tipe bunganya berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang (Wiryanta, 2004).
Buah tomat yakni buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras, sehabis renta berwarna merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk buah tomat beragam: lonjong, oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang hanya dua ibarat pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari dua ibarat tomat marmade yang beruang delapan. Pada buah masih terdapat tangkai bunga yang berubah fungsi menjadi sebagai tangkai buah serta kelopak bunga yang beralih fungsi menjadi kelopak bunga (Wiryanta, 2004).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Umumnya biji dipakai untuk materi perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh sehabis ditanam 5-10 hari (Redaksi Agromedia, 2007).
2.2 Syarat tumbuh
a. Iklim
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup. Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah sanggup mengakibatkan daya tumbuh benih rendah. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tumbuhan tomat berkisar antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat dalam penangkaran benih tomat di ekspresi dominan kemarau jikalau kebutuhan air sanggup dicukupi dari air irigasi, namun dalam ekspresi dominan yang berair tidak akan terjamin baik hasilnya. iklim yang berair akan membentuk tumbuhan yang rimbun, tetapi bunganya berkurang, dan didaerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang sanggup menciptakan fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan berguguran). Walaupun tomat tahan terhadap kekeringan, namun tidak berarti tomat sanggup tumbuh subur dalam keadaan yang kering tanpa pengairan. Oleh lantaran itu baik di dataran tinggi maupun dataran rendah dalam ekspresi dominan kemarau, tomat memerlukan penyiraman atau pengairan demi kelangsungan hidup dan produksinya (Rismunandar, 2001).
Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat yakni 25-300C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tumbuhan tomat yakni 24 -280C. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tumbuhan akan terhambat. Demikian juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya yang kurang sempurna. Kelembaban relatif yang diharapkan untuk pertumbuhan tumbuhan tomat yakni 80%. Sewaktu ekspresi dominan hujan, kelembaban akan meningkat sehingga resiko terjangkit kuman dan cendawan cenderung tinggi. Karena itu, jarak tanamnya perlu diperlebar dan areal pertanamannya perlu dibebaskan dari segala jenis gulma (Wiryanta, 2004).
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk produksi yanng menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai. Daerah yang beriklim sejuklah yang disukainya. Tanaman ini tidak tahan terhadap awan. Daerah yang dengan kondisi demikian tumbuhan gampang terjangkit cendawan busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik bagi pertumbuhannya dan sering mengakibatkan kerontokan bunga (Wiryanta, 2004).
b. Tanah
Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, ibarat andosol, regosol, latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari jenis lempung berpasir yang subur, gembur, mempunyai kandungan materi organik yang tinggi, serta gampang mengikat air (porous). Jenis tanah berkaitan dengan peredaran dan ketersediaan oksigen di dalam tanah. Ketersediaan oksigen penting bagi pernapasan akar yang memang rentan tehadap kekurangan oksigen. Kadar oksigen yang mencukupi di sekitar akar bisa meningkatkan produksi buah. Oksigen di sekitar akar bisa juga meningkatkan perembesan unsur hara fosfat, kalium, dan besi (Redaksi Agromedia, 2007).
Untuk pertumbuhannya yang baik, tumbuhan tomat membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai tanam hingga waktu tumbuhan mulai sanggup dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan
Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan fakultas pertanian universitas syiah kuala pada bulan september s/d desember 2014.
3.2 Bahan dan Alat percobaaan
1. Bahan : benih tomat timoti f1, Tanah top soil, Pupuk kandang, Ampas tebu, Sekam, Jerami, Minibag, NPK yaramila 16-16-16, Gandasil B.
2. Alat : Cangkul, Garu, Gembor, Timbangan Analitik, Metertan, Jangka sorong, Hand sprayer, Sprayer gendong.
3.3 Cara Kerja
1. Mahasiswa di bagi menjadi 27 kelompok dan masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap plotnya masing-masing ( 1 kelompok 1 plot)
2. Buat media pembibitan dari adonan tanah dan pupuk sangkar dengan perbandingan 2:1 dan masukkan dalam minibag
3. Rendam benih dalam air hangat 550C selama 30 menit untuk mempercepat perkecambahan, kemudian di letakkan pada kain berair di biarkan selama 1 malam hingga keluar plumulanya.
4. Semailah pada minibag yang sudah dipersiapkan, dan biarkan selama 21 – 24 hari, jangan lupa di rawat. Pada umur 10 hari sehabis semai semprotlah dengan gandasil B dengan takaran 0,5 g/liter air.
5. Sambil menunggu pembibitan siap tanam, buatlah bedengan dengan ukuran 2.4 m x 2.4 m, tinggi 50 cm, beri pupuk sangkar sebanyak 2 bejana per bedengan, aduk rata dengan tanah, dan biarkan selama 1 minggu.
6. Buat lubang tanam dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm kemudian beri mulsa sesuai perlakuan.
Perlakuan Jenis Mulsa :
M1 = Ampas jerami
M2 = Sekam
M3 = Jerami
7. Pilihlah bibit tomat yang baik pertumbuhannya dari persemaian dan tanamlah ke bedengan secara hati-hati, berilah pupuk NPK sesuai perlakuan dan rawatlah tumbuhan tersebut hingga simpulan praktikum
Perlakuan takaran pupuk :
P1 = 30 g NPK/tanaman
P2 = 40 g NPK/tanaman
P3 = 50 g NPK/tanaman
8. Kombinasi perlakuan di buat 3 ulangan sehingga terdapat 3 x 3 x 3 = 27 beengan, setiap bedengan di wakili oleh 4 tumbuhan sampel dan data dikumpulkan setap habis pengamatan.
9. Pemupukan ke 2 di lakukan pada ketika tumbuhan berumur 35 hari dengan takaran yang sama.
10. Penyiraman di lakukan setiap hari kecuali hari hujan dan air cukup.
11. Penyulaman di lakukan paling telat 2 minggu sehabis tanam pada tumbuhan yang mati atau kuarang manis pertumbuhannya.
12. Perempelan terhadap tunas air dilakukan hingga tumbuhan berumur 30 hari sehabis tanam.
13. Panen dilakukan pada buah tomat yang sudah merah.
3.4 Pengamatan
a. Pra panen
1. Tinggi tumbuhan umur 15, 30 dan 45 HST
2. Diameter batang umur 15 , 30 dan 45 HST
3. Jumlah cabang umur 30 dan 60 HST
b. Panen
1. Jumlah buah /tanaman
2. Berat buah/tanaman
3. Berat buah/pot
4. Berat /buah tomat (min. 3 buah)
5. Diameter buah (min. 3 buah)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1 Tinggi Tanaman Umur 15 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan | Ulangan | Jumlah | Rata-Rata | |||||||||||
I | II | III | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
M1P1 | 25 | 18 | 28 | 29 | 21 | 19 | 18 | 19 | 15,2 | 10,5 | 9 | 10 | 221,7 | 18,48 |
M1P2 | 21 | 19 | 17 | 20 | 28 | 24 | 23 | 20 | 25 | 25 | 22,5 | 17,6 | 262,1 | 21,84 |
M1P3 | 14 | 10 | 11 | 14 | 23 | 16 | 19 | 20 | 24 | 19 | 20 | 23 | 213 | 17,75 |
M2P1 | 22,5 | 15 | 14 | 16 | 13,5 | 13 | 11,5 | 18 | 11 | 11 | 14 | 11 | 170,5 | 14,21 |
M2P2 | 13 | 12 | 9 | 21 | 16,1 | 16 | 16 | 16 | 22 | 19 | 20 | 19 | 199,1 | 16,59 |
M2P3 | 10 | 19 | 13 | 12 | 16 | 15 | 19 | 15 | 20 | 17 | 11 | 13 | 180 | 15,00 |
M3P1 | 26 | 24 | 25,5 | 27 | 15 | 17 | 15 | 14 | 27 | 16 | 21 | 18 | 245,5 | 20,46 |
M3P2 | 20 | 18 | 20 | 14 | 35 | 36 | 42 | 32 | 23 | 27 | 28 | 25 | 320 | 26,67 |
M3P3 | 28 | 27 | 25,5 | 25 | 17 | 13 | 25 | 15 | 20 | 21 | 27 | 23 | 266,5 | 22,21 |
Tabel 2 Diameter Batang Umur 15 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan | Ulangan | Jumlah | Rata-Rata | |||||||||||
I | II | III | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
M1P1 | 0,2 | 0,3 | 0,4 | 0,5 | 0,3 | 0,2 | 0,3 | 0,2 | 0,3 | 0,2 | 0,3 | 0,4 | 3,6 | 0,30 |
M1P2 | 0,1 | 0,2 | 0,2 | 0,3 | 0,2 | 0,2 | 0,3 | 0,1 | 0,2 | 0,2 | 0,1 | 0,1 | 2,2 | 0,18 |
M1P3 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 1 | 0,2 | 0,2 | 0,2 | 0,2 | 0,3 | 0,2 | 0,1 | 2,8 | 0,23 |
M2P1 | 0,2 | 0,2 | 0,1 | 0,1 | 0,3 | 0,2 | 0,1 | 0,3 | 0,3 | 0,3 | 0,3 | 0,3 | 2,7 | 0,23 |
M2P2 | 0,3 | 0,2 | 0,2 | 0,2 | 0,3 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 0,3 | 0,3 | 0,3 | 0,2 | 2,6 | 0,22 |
M2P3 | 0,1 | 0,2 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 0,2 | 0,3 | 0,1 | 0,2 | 1,7 | 0,14 |
M3P1 | 0,3 | 0,2 | 0,2 | 0,4 | 0,2 | 0,3 | 0,2 | 0,1 | 0,4 | 0,3 | 0,3 | 0,3 | 3,2 | 0,27 |
M3P2 | 0,5 | 0,4 | 0,5 | 0,4 | 0,9 | 0,8 | 0,8 | 0,8 | 0,2 | 0,3 | 0,2 | 0,2 | 15 | 1,25 |
M3P3 | 0,2 | 0,2 | 0,4 | 0,2 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 0,1 | 1 | 0,2 | 2,8 | 0,23 |
Tabel 3 Tinggi Tanaman Umur 30 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan | Ulangan | Jumlah | Rata-Rata | |||||||||||
I | II | III | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
M1P1 | 40 | 27 | 47 | 41 | 58 | 56 | 49 | 50 | 40 | 34 | 29 | 39 | 510 | 42,50 |
M1P2 | 43 | 40 | 39 | 47 | 80 | 80 | 75 | 75 | 70 | 55 | 60 | 58 | 722 | 60,17 |
M1P3 | 55 | 40 | 66 | 30 | 40 | 43 | 35 | 40 | 56 | 44 | 66 | 47 | 562 | 46,83 |
M2P1 | 26 | 20 | 20 | 20,5 | 50 | 48 | 45 | 53 | 36 | 22 | 22 | 30 | 392,5 | 32,71 |
M2P2 | 21 | 18 | 16 | 19 | 54 | 46 | 40 | 55 | 51 | 56 | 49 | 41 | 466 | 38,83 |
M2P3 | 40 | 50 | 44 | 43 | 48 | 35 | 45 | 45 | 60 | 50 | 40 | 50 | 550 | 45,83 |
M3P1 | 54 | 52 | 52,5 | 51 | 35 | 50 | 51 | 40 | 64 | 56 | 60 | 55 | 620,5 | 51,71 |
M3P2 | 46 | 40 | 43 | 35 | 40 | 49 | 47 | 47 | 48 | 47 | 45 | 56 | 543 | 45,25 |
M3P3 | 57 | 58 | 57 | 51 | 47 | 38 | 51 | 45 | 50 | 58 | 57 | 51 | 620 | 51,67 |
Tabel 4 Diameter Batang Umur 30 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan | Ulangan | Jumlah | Rata-Rata | |||||||||||
I | II | III | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
M1P1 | 0,5 | 0,5 | 0,6 | 0,8 | 0,5 | 0,4 | 0,4 | 0,3 | 0,7 | 0,3 | 0,8 | 0,8 | 6,6 | 0,55 |
M1P2 | 0,9 | 0,7 | 0,7 | 0,8 | 1,2 | 1 | 1 | 0,7 | 0,6 | 0,5 | 0,7 | 0,4 | 9,2 | 0,77 |
M1P3 | 0,2 | 0,2 | 0,4 | 0,1 | 1 | 1,2 | 0,9 | 0,8 | 0,9 | 1 | 0,8 | 0,7 | 8,2 | 0,68 |
M2P1 | 0,5 | 0,6 | 0,4 | 0,5 | 0,5 | 0,6 | 0,6 | 0,7 | 0,7 | 0,4 | 0,4 | 0,4 | 6,3 | 0,53 |
M2P2 | 0,8 | 0,8 | 0,8 | 0,8 | 0,8 | 0,5 | 0,7 | 0,5 | 0,6 | 0,5 | 0,6 | 0,5 | 7,9 | 0,66 |
M2P3 | 0,5 | 0,7 | 0,5 | 0,5 | 0,5 | 0,8 | 0,5 | 1 | 1,3 | 1 | 1,1 | 0,5 | 8,9 | 0,74 |
M3P1 | 1 | 0,8 | 0,7 | 1 | 0,4 | 0,7 | 0,5 | 0,5 | 0,9 | 0,7 | 1 | 0,9 | 9,1 | 0,76 |
M3P2 | 0,8 | 0,7 | 0,8 | 0,7 | 1 | 1,1 | 1 | 1 | 1,1 | 1 | 1,1 | 0,8 | 11,1 | 0,93 |
M3P3 | 0,5 | 0,5 | 0,4 | 0,4 | 0,5 | 0,8 | 0,6 | 1 | 1 | 1,2 | 0,8 | 1 | 8,7 | 0,73 |
Tabel 5 Jumlah Cabang Umur 30 Hari Setelah Tanam
Perlakuan | Ulangan | Jumlah | Rata-Rata | |||||||||||
I | II | III | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
M1P1 | 10 | 9 | 8 | 10 | 18 | 16 | 13 | 11 | 9 | 10 | 8 | 9 | 131 | 10,92 |
M1P2 | 11 | 11 | 9 | 12 | 16 | 13 | 14 | 13 | 12 | 11 | 10 | 9 | 141 | 11,75 |
M1P3 | 13 | 6 | 10 | 12 | 12 | 13 | 11 | 10 | 11 | 9 | 9 | 8 | 124 | 10,33 |
M2P1 | 9 | 8 | 10 | 11 | 6 | 7 | 6 | 8 | 9 | 10 | 11 | 10 | 105 | 8,75 |
M2P2 | 4 | 5 | 4 | 5 | 8 | 6 | 7 | 7 | 15 | 16 | 14 | 15 | 106 | 8,83 |
M2P3 | 9 | 10 | 9 | 8 | 13 | 8 | 13 | 12 | 5 | 4 | 4 | 5 | 100 | 8,33 |
M3P1 | 7 | 9 | 6 | 7 | 9 | 7 | 11 | 10 | 9 | 8 | 7 | 10 | 100 | 8,33 |
M3P2 | 8 | 5 | 7 | 5 | 7 | 9 | 8 | 10 | 13 | 14 | 14 | 15 | 115 | 9,58 |
M3P3 | 7 | 8 | 7 | 9 | 13 | 8 | 13 | 12 | 6 | 10 | 8 | 9 | 110 | 9,17 |
Tabel 6 Tinggi Tanaman Umur 45 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan | Ulangan | Jumlah | Rata-Rata | |||||||||||
I | II | III | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
M1P1 | 53 | 33 | 59 | 62 | 65 | 57 | 55 | 51 | 86 | 77 | 55 | 63 | 716 | 59,67 |
M1P2 | 63 | 61 | 59 | 67 | 107 | 108 | 98 | 90 | 41 | 49 | 56 | 51 | 850 | 70,83 |
M1P3 | 68 | 70 | 69 | 72 | 79 | 90 | 89 | 85 | 87 | 85 | 90 | 87 | 971 | 80,92 |
M2P1 | 56 | 60 | 59 | 58 | 55 | 53 | 56 | 60 | 61 | 35 | 30 | 50 | 633 | 52,75 |
M2P2 | 60 | 46 | 40 | 50 | 108 | 117 | 109 | 94 | 51 | 56 | 49 | 41 | 821 | 68,42 |
M2P3 | 96 | 113 | 114 | 116 | 107 | 100 | 100 | 110 | 98 | 118 | 114 | 116 | 1302 | 108,50 |
M3P1 | 73 | 71 | 69 | 65 | 50 | 75 | 84 | 90 | 83 | 52 | 59 | 47 | 818 | 68,17 |
M3P2 | 67 | 55 | 62 | 42 | 57 | 59 | 50 | 60 | 67 | 67 | 87 | 58 | 731 | 60,92 |
M3P3 | 57 | 58 | 51 | 60 | 80 | 86,3 | 80 | 80 | 65 | 56 | 80 | 69 | 822,3 | 68,53 |
Tabel 7 Diameter Batang Umur 45 Hari Setelah Tanam (cm)
Perlakuan | Ulangan | Jumlah | Rata-Rata | |||||||||||
I | II | III | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
M1P1 | 0,9 | 0,8 | 1 | 1,2 | 0,7 | 0,6 | 0,6 | 0,5 | 1,2 | 0,7 | 0,9 | 1 | 10,1 | 0,84 |
M1P2 | 1 | 1,2 | 1,2 | 0,9 | 1,3 | 1,3 | 1,3 | 1,2 | 1 | 0,7 | 0,9 | 0,6 | 12,6 | 1,05 |
M1P3 | 0,7 | 1,3 | 2 | 1,3 | 1 | 1,1 | 0,9 | 0,8 | 0,7 | 1,2 | 1 | 0,7 | 12,7 | 1,06 |
M2P1 | 1,2 | 1,3 | 1,2 | 1,1 | 1,5 | 1,6 | 1,6 | 1,7 | 1 | 0,5 | 0,5 | 0,9 | 14,1 | 1,18 |
M2P2 | 1,2 | 1,1 | 1,2 | 1,3 | 1 | 0,8 | 1,6 | 0,6 | 0,7 | 0,6 | 0,7 | 0,6 | 11,4 | 0,95 |
M2P3 | 0,8 | 0,8 | 0,9 | 0,8 | 1,2 | 1,4 | 1 | 1,4 | 1,5 | 1,3 | 1,2 | 1,3 | 13,6 | 1,13 |
M3P1 | 1 | 0,9 | 0,8 | 0,8 | 0,5 | 0,9 | 0,8 | 0,8 | 1,2 | 1 | 1,5 | 1,2 | 11,4 | 0,95 |
M3P2 | 0,9 | 0,8 | 0,9 | 0,9 | 1,2 | 1,3 | 1 | 1,4 | 1,1 | 0,8 | 0,7 | 0,9 | 11,9 | 0,99 |
M3P3 | 0,8 | 0,8 | 0,7 | 0,7 | 0,8 | 1 | 0,9 | 1,1 | 0,9 | 0,9 | 0,8 | 1 | 10,4 | 0,87 |
Tabel 8 Jumlah Cabang Umur 45 Hari Setelah Tanam
Perlakuan | Ulangan | Jumlah | Rata-Rata | |||||||||||
I | II | III | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
M1P1 | 14 | 13 | 14 | 12 | 18 | 16 | 13 | 11 | 15 | 14 | 16 | 17 | 173 | 14,42 |
M1P2 | 15 | 12 | 11 | 13 | 17 | 15 | 16 | 16 | 16 | 18 | 17 | 17 | 183 | 15,25 |
M1P3 | 14 | 15 | 16 | 14 | 14 | 16 | 15 | 17 | 15 | 15 | 14 | 16 | 181 | 15,08 |
M2P1 | 12 | 11 | 10 | 13 | 12 | 12 | 11 | 14 | 15 | 16 | 11 | 14 | 151 | 12,58 |
M2P2 | 18 | 16 | 18 | 18 | 14 | 12 | 13 | 13 | 18 | 17 | 16 | 17 | 190 | 15,83 |
M2P3 | 12 | 10 | 11 | 11 | 13 | 12 | 13 | 14 | 8 | 6 | 8 | 8 | 126 | 10,50 |
M3P1 | 14 | 16 | 15 | 13 | 17 | 15 | 14 | 16 | 10 | 12 | 8 | 7 | 157 | 13,08 |
M3P2 | 12 | 9 | 12 | 6 | 10 | 12 | 14 | 13 | 16 | 12 | 16 | 13 | 145 | 12,08 |
M3P3 | 18 | 15 | 18 | 16 | 15 | 16 | 14 | 17 | 12 | 15 | 14 | 13 | 183 | 15,25 |
Tabel 9 Jumlah Buah Per Tanaman (Buah)
Ulangan | Jumlah | Rata-Rata | ||||||||||||
I | II | III | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
M1P1 | 31 | 29 | 27 | 25 | 20 | 19 | 14 | 18 | 26 | 30 | 28 | 27 | 294 | 24,50 |
M1P2 | 43 | 39 | 42 | 46 | 34 | 28 | 15 | 13 | 20 | 24 | 39 | 29 | 372 | 31,00 |
M1P3 | 31 | 30 | 22 | 23 | 26 | 28 | 30 | 31 | 25 | 26 | 23 | 24 | 319 | 26,58 |
M2P1 | 23 | 23 | 20 | 24 | 21 | 25 | 28 | 26 | 24 | 25 | 28 | 29 | 296 | 24,67 |
M2P2 | 25 | 20 | 22 | 20 | 23 | 7 | 3 | 6 | 21 | 23 | 30 | 35 | 235 | 19,58 |
M2P3 | 5 | 7 | 5 | 7 | 29 | 25 | 17 | 15 | 15 | 17 | 15 | 17 | 174 | 14,50 |
M3P1 | 25 | 18 | 21 | 29 | 27 | 28 | 30 | 35 | 21 | 14 | 17 | 13 | 278 | 23,17 |
M3P2 | 25 | 16 | 21 | 12 | 23 | 24 | 23 | 27 | 26 | 24 | 23 | 21 | 265 | 22,08 |
M3P3 | 23 | 21 | 33 | 30 | 8 | 14 | 23 | 18 | 20 | 18 | 19 | 15 | 242 | 20,17 |
Keterangan :
Pengaplikasian mulsa : Pemberian pupuk :
M1 : Arang sekam P1 : 30 g NPK / tanaman
M2 : Sekam P2 : 40 g NPK / tanaman
M3 : Jerami P3 : 50 g NPK / tanaman
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada tumbuhan tomat yaitu, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, dan jumlah buah pertanaman yang dilakukan untuk beberapa perlakuan, pada umur tumbuhan 15 hari, 30 hari dan 45 hari sehabis tanam (data pada tabel).
Pada ketika 15 hari sehabis tanam, tinggi dan diameter tumbuhan tidak begitu jauh berbeda, namun perlakuan mulsa jerami dan pupuk NPK 40 gr/tanaman (M3P2) mengatakan bahwa rata-rata tumbuhan tomat dengan perlakuan ini menjadi yang paling tinggi di antara perlakuan lainnya. Dan juga diameter tumbuhan dengan perlakuan ini menjadi yang lebih besar di antara perlakuan lainnya. Jerami/eceng gondok berfungsi sebagai mulsa yang menekan pertumbuhan gulma sehingga tidak terjadi persaingan usur hara yang hiperbola pada tanaman, dan tumbuhan menjadi lebih maksimal dalam memperoleh unsur hara yang di berikan.
Saat tumbuhan tomat berumur 30 hari sehabis tanam di lakukan pengamatan ke-2, pengamatan mengatakan perbandingan antara semua jenis perlakuan pada tabel, yaitu perlakuan dengan memakai arang sekam sebagai mulsa dan pupuk NPK 40 gr/ tumbuhan (M1P2) lebih cepat tinggi dari pada perlakuan lainnya. Perbandingan yang begitu signifikan untuk tinggi tumbuhan pada pengamatan ke-2 (umur 30 hari sehabis tanam) ini. Rata-rata tinggi tumbuhan dengan perlakuan ini lebih baik dari pada perlakuan lain. Untuk diameter tumbuhan dengan perlakuan mulsa jerami dan pupuk NPK 40 gr/tanaman (M3P2) masih menjadi perlakuan yang lebih baik dari yang lainnya namun dimater tumbuhan untuk semua perlakuan tidak terlalu berbeda jauh dengan perlakuan ini. Pada ketika tumbuhan berumur 30 hari sehabis tumbuhan ini juga dilakukan pengamatan dengan menghitung jumlah cabang pada semua jenis perlakuan pada tumbuhan tomat. Dan perlakuan dengan memakai mulsa arang sekam sebagai mulsa dan pupuk NPK 40 gr/ tumbuhan (M1P2) mempunyai jumlah cabang yang banyak, namun tidak jauh berbeda dengan perlakuan lainnya.
Tanaman tomat pada umur 45 hari setalah tanam kembali dilakukan perngamatan yaitu pengamatan yang ke-3 yang terakhir kalinya, mengatakan bahwa untuk tinggi tumbuhan dengan perlakuan mulsa sekam dan pupuk NPK 50 gr/tanaman (M2P3) pertumbuhannya lebih maksimal berbeda jauh dari pada perlakuan lain. Untuk diamter batang tumbuhan mengatakan pada perlakuan dengan mengunakan mulsa sekam dan pupuk NPK 30 gr/tanaman (M2P1) lebih besar sedikit dengan perlakuan lain. Untuk jumlah cabang dalam beberapa perlakuan yang lebih banyak jumlah cabangnya adaalah dengan mengaplikasikan perlakuan dengan mulsa sekam dan pupuk NPK 40 gr/tanaman (M2P2) dan hanya berbanding sedikit dengan perlakuan lain. Pada pengamatan yang ke-3 ini yaitu tumbuhan sudah mulai beerbuah dan dilakukan perhitungan buah pada ketika ini. Diantara semua jenis perlakuan yang dilakukan, hasil produksi simpulan yaitu buah yang palin banyak rata-rata pada perlakuan dengan memakai mulsa arang sekam dan pupuk NPK 40 gr/tanaman yang tak terlalu jauh dengan perlakuan lainnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil simpulan yaitu buah pada bebrapa perlakuan untuk tumbuhan tomat, kurangnya perawatan, pencucian gulma, pernyiraman serta pengendalian hama dan penyakit mengakibatkan tingkat produksi tumbuhan tomat berbeda-beda setiap pengamatannya.
Namun dari semua jenis perlakuan yang dilakukan, penggunaan mulsa sekam dan arang sekam lebih baik dibandingkan dengan perlakuan memakai mulsa jerami. Hal ini di sebabkan oleh kemampuan sekam yang sanggup menekan pertumbuhan gulma dan bisa menetralkan tingkat respirasi yang terjadi pada tumbuhan tomat. Terlalu tingginya respirasi pada tumbuhan mengakibatkan ketersedian air pada tumbuhan menjadi berkurang dan pertumbuhan tumbuhan pun menjadi tidak maksimal hingga ketika tumbuhan berproduksi.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil yang peroleh mengatakan bahwa budidaya tomat dengan memakai mulsa bubuk sekam dan sekam jauh lebih baik dengan memakai mulsa jerami
Perlu diletakkan tumpangan lebih awal pada sebelum tumbuhan tomat semakin produktif guna mencegah tumbuhan tumbang (rebah) yang menimbulkan kehilangan hasil pada tanaman.
B. Saran
· Ada baiknya sebelum dimulainya pratikum persiapan lahan dan materi pratikum harus maksimal sehingga hasil simpulan tumbuhan sanggup berproduksi dengan baik.
· Jadwal pratikum yang kurang baik mengakibatkan kurangnya partisipasi mahasiswa dalam menjalankan acara pratikum
DAFTAR PUSTAKA
Redaksi Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Wiryanta,W.T.B, 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar