BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) ketika ini merupakan salah satu jenis tumbuhan perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan lantaran dari sekian banyak tumbuhan yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (BalaiInformasi Pertanian, 1990).Melihat pentingnya tumbuhan kelapa sawit di masa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan perjuangan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara sempurna semoga target yangdiinginkan sanggup tercapai. Salah satu diantaranya ialah pengendalian hama dan penyakit. (Balai Informasi Pertanian,1990).
Tanaman kelapa sawit ialah tumbuhan penghasil minyak nabati yang sanggup menjadi andalan dimasa depan lantaran aneka macam kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit mempunyai arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain membuat kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia ketika ini sudah berkembang di 22 kawasan propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008).
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia ketika ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain bisa membuat kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit ialah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tumbuhan tetap tinggi diharapkan pemeliharaan yang sempurna dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) ialah pengendalian hama dan penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada ketika ini, sektor perkebunan sanggup menjadi penggagas pembangunan nasional lantaran dengan adanya donasi sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan sanggup menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tumbuhan merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan memilih masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tumbuhan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit ialah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik sanggup meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dalam pembutan makalah ini, adapun rumusan problem dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Apa definisi Hama pada tumbuhan kelapa sawit ?
2. Apa saja jenis Hama pada tumbuhan kelapa sawit ?
3. Apa kerugian tanggapan serangan Hama pada tumbuhan kelapa sawit ?
4. Bagaimana cara penanggulangan Hama tumbuhan kelapa sawit ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan problem di atas, tujuan dari penulisan makalah ini ialah :
1. Pembaca mengetahui definisi Hama pada tumbuhan kelapa sawit.
2. Pembaca mengetahui apa saja jenis Hama pada tumbuhan kelapa sawit.
3. Pembaca mengetahui apa kerugian tanggapan serangan Hama pada tumbuhan kelapa sawit.
4. Pembaca mengetahui bagaimana cara penanggulangan Hama pada tumbuhan kelapa sawit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa sawit ialah tumbuhan berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. “Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas hingga kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit” (Risza, 2008).
Tanaman kelapa sawit umumnya mempunyai batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal sehabis fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang menempel kukuh (Sunarko, 2008).Daun kelapa sawit dibuat di akrab titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. “Daun pupus yang tumbuh keluar masih menempel dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar” (Sastrosayono, 2005).Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai cukup umur dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. “Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk” (Sunarko, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin renta umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun, hal ini disebabkan semakin renta umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2005).
Kelapa sawit termasuk tumbuhan kawasan tropis yang umumnya sanggup tumbuh di kawasan antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. “Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan maritim yang optimum berkisar 0-500 meter” (Risza, 2008).
Di daerah-daerah yang animo kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit sanggup terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu kuat pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam badan tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi mengakibatkan meningkatnya produksi buah. “Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diharapkan untuk berlangsungnya produksi buah” (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit sanggup tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik ibarat persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan ialah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan materi organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air. Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tumbuhan kelapa sawit lantaran akarnya membutuhkan banyak oksigen. “Drainase yang buruk bisa menghambat kelancaran perembesan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tumbuhan akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika animo hujan tidak tergenang” (Sunarko, 2008).
2.1 Definisi Hama Tanaman
Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tumbuhan yang diusahakan manusia. (Pracaya, 2003: 5). Hama tumbuhan sering disebut ‘serangga hama’ (pest) atau dalam dunia pertanian dikenal sebagai ‘musuh petani. (Rukmana, 2002:14). Para mahir pertanian membuat beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:
1) Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang)
2) Organisme yang “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia;
3) Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya;
4) Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia;
5) Organisme hidup yang merupakan tentangan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian, ata menyerang kita secara langsung.
Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tumbuhan dalam arti luas ialah semua organisme atau binatang yang lantaran acara hidupnya merusak tumbuhan sehingga menimbulkan kesugian ekonimi bagi manusia.Ada beberapa golongan hama yang biasanya menyerang tumbuhan budidaya yaitu: golongan Serangga, golongan Mamalia, golongan Binatang Lunak, dan golongan Aves (Burung). Serangga ialah binatang kecil yang mempunyai kaki beruas-ruas, bernafas dengan pembuluh nafas, tubuh, dan kepalanya berkulit keras. Contoh serangga yang sering menyerang tumbuhan budidaya ialah belalang, wereng, kutu, ulat, kumbang, lalat, dan lain-lain. Mamalia ialah mahluk hidup yang mempunyai tulang belakang yang tubuhnya tertutup oleh rambut. Mamalia ialah binatang menyusui, yang betina mempunyai kelenjar mammae (air susu) yang tumbuh baik.
Binatang dari golongan mamalia yang merusak tumbuhan antara lain: kelelawar, tupai, musang, tikus, kera, gajah, babi, kijang, beruang, dan lain-lain. Golongan binatang lunak yang potensial menjadi hama tumbuhan ialah mollusca dan nematode. Mollusca atau siput ialah golongan binatang bertubuh lunak dan tidak beruas. Binatang ini suka mengeluarkan lender, dan aktif makan pada malam hari. Pada siang hari biasanya bersembungi di tempat teduh dan lembab. Nematode ialah jenis cacing berukuran kecil dan umumnya berbentuk silindris.
Golongan nematoda ini sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, contohnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia. Nematode sanggup hidup sebagai benalu dalam badan mahluk hidup. Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota belahan depan berupa sayap yang dipakai untuk terbang. Meski demikian terdapat pula golongan aves yang tidak sanggup terbang, seperti: kasuari, kiwi, dan burung unta (Rukmana, 2002).
Seluruh ataupun sebagian tumbuhan yang terjangkit hama sanggup mengalami penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolisme (fisiologis) pada badan tumbuhan tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal dan bahkan berakhir dengan simpulan hidup tanaman. Beberapa pola tanggapan serangan hama pada tumbuhan ialah sebagai berikut (Rukmana, 2002):
1. Serangan hama pada belahan akar tumbuhan mengakibatkan proses perembesan unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.
2. Serangan hama pada belahan batang atau cabang dan rangitng menyebabkan pengangkutan (transportasi) zat masakan terganggu atau terhenti sama sekali sehingga tumbuhan menjadi layu atau mati.
3. Serangan hama pada belahan daun sanggup mengakibatkan proses fotosintesis terganggu (terhambat).
4. Serangan hama pada belahan buah atau biji sanggup mengakibatkan buah rusak ataupun bijinya hampa.
2.2 Jenis-jenis Hama Menyerang Tanaman Kelapa Sawit
1. Hama Tungau
Penyebab : Tungau merah ( Oligonychus )
Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup disepanjang tulang anak daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna daun bermetamorfosis mengkilat berwarna bronz. Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering pada animo kemarau. Gangguan tungau pada pesemaian sanggup menjadikan rusaknya bibit.
Pengendalian : penyemprotan dengan akarisida Tetradifon (Tedion) 0,1 – 0,2 %. Racun ini sanggup dipakai dengan baik lantaran tidak membunuh musuh alaminya.
2. Hama Ulat Setora.
Penyebab: Ulat setora (Setora nitens).
Kupu-kupu Setora meletakkan telurnya di bawah permukaan daun akrab pada ujungnya. Ulat Setora memakan daun dari bawah, sehingga kadang kala yang tersisa hanya lidinya saja.
Pengendalian :
v Pemanfaatan musuh alami ibarat burung pemakan serangga.
v Ulat ini sanggup dikendalikan dengan penyemprotan racun kontak, contohnya Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0,3%.
3. Kumbang oryctes
Penyebab: Oryctes rhinoceros
Gejala serangan : Kumbang cukup umur masuk ke dalam kawasan titik tumbuh dan memakan belahan yang lunak.bila serangan mengenai titik tumbuh, tumbuhan akan mati, tetapi jikalau makan bakal daun hanya mengakibatkan daun cukup umur rusak ibarat terpotong gunting.
Pengedalian :
o Pengumpulan kumbang secara manual dari lubang gerekan pada kelapa sawit, dengan memakai alat kail dari kawat.
o Penghancuran tempat peletakkan telur secara manual dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh, apabila jumlahnya masih terbatas.
o Pemberantasan secara kimiawi menaburkan insektisida butiran karbosulfan sebanyak (0.05-0.10 g materi aktif per pohon, setiap 1-2 minggu) atau 3 butir kapur barus/pohon, setiap1-2 kali/bulan pada pucuk kelapa sawit.
o Larva O.rhinoceros pada mulsa TKS di areal TM sanggup dikendalikan dengan menaburkan biakan murni jamur Metarrhizium anisopliae sebanyak 20 g/m2. Pemerangkapan kumbang O. rhinoceros dengan memakai ferotrap.
4. Penggerek Tandan Buah Kelapa Sawit
Penyebab : Ngengat Tirathaba mundella
Gejala serangan : Telur-telur Tirathaba diletakkan pada tandan buah terutama pada buah-buah yang telah masak atau busuk. Setelah menetas, ulat atau larva melubangi buah-buah muda atau memakan permukaan buah yang matang.
Pengendalian :
Upaya prefentif sanggup dilakukan dengan segera memotong tandan buah yang terjangkit hama, sehingga menekan populasi hama dan tidak memicu timbulnya penyakit busuk buah.
Ulat Tirathaba sanggup dikendalikan dengan Dipterex atau Thiodan. Caranya : 0,55 kg Dipterex atau Thiodan dilarutkan dalam air sebanyak 370 liter (dosis per hektar) dan diaduk hingga merata, selanjutnya disemprotkan pada kelapa sawit yang terjangkit ulat Tirathaba tersebut.
5. Mamalia
Hama yang termasuk mamalia (binatang menyusui) ialah babi hutan, tikus dan kera. Hama ini sangat merusak tumbuhan kelapa sawit. Di beberapa kawasan tertentu di Sumatera, gajah sering mengakibatkan kerusakan yang serius pada tumbuhan kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus (rodentia) merupakan hama yang merusak (memakan) buah kelapa sawit yang sudah tua.
Pengendalianya : dengan cara biologi yaitu dengan cara memeliraha binatang peredator yg memangsa binatang tersebut. Salah satu contohnya ialah memelihara burung hantu atau ular yang bisa(racun) sudah di hilangkan sehingga tidak membahayakan bagi para pekerjayang tujuannya untuk membasmi hama tikus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang sanggup diambil dari makalah ini, antara lain :
1. Produktifitas dan hasil produksi tumbuhan turut dipengaruhi oleh serangan hama..
2. Masing-masing hama menawarkan serangan dan tanda-tanda yang berbeda-beda pada tiap belahan tumbuhan kelapa sawit.
3. Hama yang paling sering dijumpai pada tumbuhan kelapa sawit ialah ulat api, dan tikus sebagai hama mamalia yang paling banyak dijumpai.
4. Untuk pengendalian hama yang menyerang, sanggup dikendaliakan dengan pelepasan predator dari hama itu sendiri, untuk menghindari ledakan hama penyerang tumbuhan ini.
3.2 Saran
Saran yang sanggup diberikan ialah sebaiknya dalam penggunaan herbisida maupun pestisida dalam pengendalian hama ini dipakai sesuai dengan takaran tawaran yang benar semoga tidak terjadi resistensi pada hama itu sendiri serta menghindari terjadinya ledakan hama.
DAFTAR PUSTAKA
Mangoensoekarjo dan Semangun. 2005. 90 Tahun Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. Penelitian Kelapa Sawit dan Parisindo Jaya. Medan.
Pracaya. 2003. Hama & Penyakit Tanaman (Edisi Revisi). Jakarta: Penebar
Risza. 2008. Hama & Penyakit Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 87 hal
Rukmana.2002. Budidaya Kelapa Sawit, PT Balai Pustaka, Jakarta.
Sunarko. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Indonesia (Edisi 2). Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 232 hal
Swadaya.Sastrosayono. 2005. Pengenalan & Pengendalian Hama Ulat Pada Tanaman Kelapa Sawit. Medan: pusat Penelitian Kelapa Sawit. 5 hal
Utomo, C. Tjahjono, H. dan Agus, S. 2007. Feromon: Era Baru Pengendalian Hama Ramah Lingkungan Di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 15(2); 70-75
Komentar
Posting Komentar