Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

“Tanaman Perancang” Sanggup Membantu Memenuhi Kebutuhan Minyak Sawit Global Dan Mencegah Deforestasi

BALI, Indonesia (29 Februari, 2012)_Para peneliti Malaysia kini mempunyai kemampuan melacak gen produksi minyak tinggi pada tumbuhan kelapa sawit, sehingga memungkinkan mereka membuat “tanaman sawit perancang” dengan kapasitas mengendalikan jumlah dan jenis minyak yang diproduksi. “Kami telah menuntaskan pengurutan genom tumbuhan kelapa sawit sehingga kami sanggup melacak gen-gen yang mengatur produksi minyak tinggi. (Dengan pendekatan ini) kami juga mempunyai kemampuan untuk memproduksi minyak sawit dengan lemak dengan kejenuhan rendah,” kata Tan Yew Al dari Dewan Minyak Sawit Malaysia pada Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan lingkungan (ICOPE) di Bali ahad lalu. Konferensi dibuka dengan visi gres untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan: “Pada tahun 2020, kita mempunyai tujuan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit hingga 20 persen, menurunkan emisi karbon hingga 20 persen dan menurunkan kemiskinan sebesar 20 persen,” kata Franky O Widjaja, Ketua Kemitraan Pertanian Berk

Spp-Spma Saree Budidayakan Jamur Tiram

Jantho | Harian Aceh - Sejak beberapa tahun terakhir SPP-SPMA Saree, mulai  melakukan budidaya jamur tiram. Selain sebagai sarana tempat siswa melaksanakan praktek, dengan membuatkan bisnis jamur tersebut administrasi sekolah percaya kedepan langkah sanggup memajukan kesejahteraan siswa. “Jamur tiram mempunyai nilai gizi yang tinggi serta mengandung protein yang banyak. Selain menyehatkan jamur juga memberi laba yang besar bagi para pelaku usahan ini,” ujar Kepala SPP-SPMA Saree, Maswadi. Menurut Maswadi, budidaya jamur tiram yang dikembangkan oleh administrasi SPP-SPMA Saree itu terinspirasi dari mata pelajaran yang ada disekolah tersbut. Selain itu, juga terinspirasi dari pangsa pasar di wilayah Aceh Besar khususnya Saree yang masih mempunyai potensial untuk membuatkan perjuangan tersebut. Apa lagi melihat di kawasan Aceh Besar sendiri pengembangan bisnis budidaya jamur ini masih jarang ditemukan. “Hal inilah yang menciptakan administrasi Sekolah  segera bergerak untuk meng

Laporan Pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (Opt)

I.                    PENDAHULUAN                                         1.       Latar belakang             Gulma ialah flora pengganggu tumbuhan dalam persaingan unsur hara, sehingga menciptakan tumbuhan megalami kekurangan hara.  Gulma biasanya akan menjadi perusuh utama dalam membudidayakan sebuah komoditi pertanian. Hal yang begitu perlu diperhatikan dalam bercocok tanam tentunya ialah gulma. Begitu banyak petani mengeluh wacana pertumbuhan gulma yang begitu cepat, sebagian petani memakai herbisida sebagai pengendali gulma tersebut.                                    Hama ialah Hewan pengganggu yang merusak pecahan dari tumbuhan yang menjadikan pertumbuhan tumbuhan tersebut terganggu bahkan megakibatkan kematian dalam serangan yang melonjak                                                                                 penyakit pada flora ialah masuknya basil atau virus yang merusak system perkembangan atau kekebalan dalam badan tumbuhan. Dalam hal ini factor lingkungan

Laporan Pengendalian Gulma Flora Jagung

Latar Belakang Sarana tumbuh ialah semua faktor yang memilih atau mendukung pertumbuhan, mencakup unsur hara, air, sinar matahari, ruang hidup, dan faktor lainnya. Dalam suatu lahan, biasanya terdapat persaingan dalam memperoleh sarana tumbuh tersebut antara tumbuhan pokok dengan gulma. Persaingan ( competition ) diartikan sebagai usaha dua organism atau lebih untuk memperebutkan obyek yang sama, baik gulma maupun tumbuhan mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan normal yaitu unsure hara, air, cahaya, materi ruang tumbuh, dan CO 2 (Yernelis Sukman dan Yakup, 1995). Beberapa penelitian memperlihatkan kekerabatan negatif antara bobot kering gulma dan hasil jagung, dengan penurunan hasil sampai 95% (Violic 2000). Jagung yang ditanam secara monokultur dan dengan masukan rendah tidak memperlihatkan hasil jawaban persaingan intensif dengan gulma (Clay and Aquilar, 1998) Pada stadia lanjut pertumbuhan jagung, gulma sanggup menimbulkan kerugian jikalau